BIMBIM:JAGO NUNDUKIN CEWEK
Pendiam tapi keras adalah watak cowok kelahiran Jakarta 25 Desember 1966 ini. Drumer otodidak inilah arsitek dibalik sukses Slank. Tongkrongan Bimo Setiawan Sidharta tergolong khas. Gerakannya terkesan malas-malasan. Badan ceking (percaya atau tidak, banyak Slankers sekarang pada ngurusin badan, berusaha niru dia), kacamata cengdem nggak pernah lepas dari jidat. Kegemarannya sama warna-warni genjreng bukan hanya sebatas pakaian, tapi juga sampai ke handphone. Kakeknya seorang nasionalis sejati, yang selalu mencecoki Bimbim kecil dengan cerita-cerita penuh heroisme, termasuk kisah dalam pewayangan. Tapi waktu beranjak akil baliq, apa yang diceritakan sang kakek nggak pernah bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Merasa frustasi, ia segera menjadikan musik sebagai pelarian. Bimbim nggak punya hasrat lagi nerusin sekolah. Obsesinya Cuma satu, jadi seniman musik. Kehidupan yang liar dan bebas ikut membentuk kepribadiannya, termasuk akrab sama obat-obatan yang disentuhnya ketika menginjak bangku SMU Percik. Banyak yang beranggapan bahwa Bimbim adalah Slank itu sendiri. Sebab otaknya emang hampir nggak pernah berhenti mikirin perkembangan dan masa depan grup tersebut. Dia membayar mahal buat langkahnya menjadikan Jalan Poltot sebagai markas Slank sekaligus Pulau Biru. Bimbim nyaris kehilangan privacy. Seringkali, baru nongol dari kamarnya, kudu nanda tangan atau foto bareng Slankers. "Sekali dua kali asyik bisa nyenengin mereka. Lama kelamaan ya teller juga…"Dia pula yang paling puyeng waktu Pay, Bongky dan Indra ngadat. Sebab, tanggung jawabnya bukan melulu ngurusin musik dan menjaga kekompakan, tapi juga urusan dengan produsen. Terutama sejak Slank memisahkan diri dari proyek Q, bendera milik Budhi Soesatio.
Suatu ketika dia naksir tetangganya, tapi ortu si cewek menentang habis-habisan. Maklum, rocker gondrong ini dianggap pemusik dengan masa depan yang auk ah gelap. Kegusarannya dikatain macem-macem itulah yang mengilhami Memang, satu lagu keras dari album perdana Slank yang sampai sekarang masih kerap dibawakan. Ngilang dari hiruk-pikuknya Jalan Potlot merupakan kebiasaan Bimbim kalo merasa suntuk. Itu pula yang ia lakukan ketika Slank lagi dilanda kemelut. Seluruh penghuni Pulau Biru mencarinay kesana kemari. Tentu saja usaha mereka sia-sia, karena Bimbim ngumpet di sebuah hotel di Yogyakarta. Disana ia ngamuk sendirian, menghancurkan seisi kamar hotel. "Gue mengganti kerusakan lebih mahal dari biaya nginap selama dua minggu," kenangnya pahit.
Kepiawaian Bimbim selain nulis lagu adalah menaklukan cewek. Suatu ketika di Potlot muncul sejumalh slanker cewek asal manado. Seorang diantara mereka, meminjam istilah kaka, dikenal sebagai slanker misterius. Maklum pendiam banget. Joane Josephira, namanya. Diantara personel Slank,konon, Cuma Bimbimlah yang berhasil mendekati. Di slank berlaku hokum rimba, siapa paling kuat dialah yang berkuasa. Anekdot ini tentu Cuma berlaku buat urusan cewek. Nah, selian dikenal piawai nundukin cewek, Bimbim kan komandannya Slank. Lengkap sudah kekuatannya. Lihat aja gimana dia memburu Joane sampai ke Bali. Soalnya, si cewek itu bersekolah di PLBI. "Dalam setahun gue enam kali pergi ke Bali." Apa boleh buat, cewek blesteran Amerika-Manado itu akhirnya luluh juga (atau terpaksa karena kasian, nggak tau deh!). Jo resmi jadi istrinya setelah dinikahi di Sukabumi, 6 Juni 1993, sekitar dua bulan setelah perkawinan Irni-Kaka. "Memang dia yang ngomporin," kata Bimbim. Maksudnya mau nyalahin nih ?
Soal hokum rimba tadi, sekarang Bimbim pasti nggak bisa menepuk dada. Kecuali kalo mau dikemplang Jo. Apalagi Slank kedatangan tiga personel yang fresh from the oven, yaitu Ivan, Ridho dan Abdee Negara. Berani mencoba ? (Hai Klip Slank Okt.98)
Pendiam tapi keras adalah watak cowok kelahiran Jakarta 25 Desember 1966 ini. Drumer otodidak inilah arsitek dibalik sukses Slank. Tongkrongan Bimo Setiawan Sidharta tergolong khas. Gerakannya terkesan malas-malasan. Badan ceking (percaya atau tidak, banyak Slankers sekarang pada ngurusin badan, berusaha niru dia), kacamata cengdem nggak pernah lepas dari jidat. Kegemarannya sama warna-warni genjreng bukan hanya sebatas pakaian, tapi juga sampai ke handphone. Kakeknya seorang nasionalis sejati, yang selalu mencecoki Bimbim kecil dengan cerita-cerita penuh heroisme, termasuk kisah dalam pewayangan. Tapi waktu beranjak akil baliq, apa yang diceritakan sang kakek nggak pernah bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Merasa frustasi, ia segera menjadikan musik sebagai pelarian. Bimbim nggak punya hasrat lagi nerusin sekolah. Obsesinya Cuma satu, jadi seniman musik. Kehidupan yang liar dan bebas ikut membentuk kepribadiannya, termasuk akrab sama obat-obatan yang disentuhnya ketika menginjak bangku SMU Percik. Banyak yang beranggapan bahwa Bimbim adalah Slank itu sendiri. Sebab otaknya emang hampir nggak pernah berhenti mikirin perkembangan dan masa depan grup tersebut. Dia membayar mahal buat langkahnya menjadikan Jalan Poltot sebagai markas Slank sekaligus Pulau Biru. Bimbim nyaris kehilangan privacy. Seringkali, baru nongol dari kamarnya, kudu nanda tangan atau foto bareng Slankers. "Sekali dua kali asyik bisa nyenengin mereka. Lama kelamaan ya teller juga…"Dia pula yang paling puyeng waktu Pay, Bongky dan Indra ngadat. Sebab, tanggung jawabnya bukan melulu ngurusin musik dan menjaga kekompakan, tapi juga urusan dengan produsen. Terutama sejak Slank memisahkan diri dari proyek Q, bendera milik Budhi Soesatio.
Suatu ketika dia naksir tetangganya, tapi ortu si cewek menentang habis-habisan. Maklum, rocker gondrong ini dianggap pemusik dengan masa depan yang auk ah gelap. Kegusarannya dikatain macem-macem itulah yang mengilhami Memang, satu lagu keras dari album perdana Slank yang sampai sekarang masih kerap dibawakan. Ngilang dari hiruk-pikuknya Jalan Potlot merupakan kebiasaan Bimbim kalo merasa suntuk. Itu pula yang ia lakukan ketika Slank lagi dilanda kemelut. Seluruh penghuni Pulau Biru mencarinay kesana kemari. Tentu saja usaha mereka sia-sia, karena Bimbim ngumpet di sebuah hotel di Yogyakarta. Disana ia ngamuk sendirian, menghancurkan seisi kamar hotel. "Gue mengganti kerusakan lebih mahal dari biaya nginap selama dua minggu," kenangnya pahit.
Kepiawaian Bimbim selain nulis lagu adalah menaklukan cewek. Suatu ketika di Potlot muncul sejumalh slanker cewek asal manado. Seorang diantara mereka, meminjam istilah kaka, dikenal sebagai slanker misterius. Maklum pendiam banget. Joane Josephira, namanya. Diantara personel Slank,konon, Cuma Bimbimlah yang berhasil mendekati. Di slank berlaku hokum rimba, siapa paling kuat dialah yang berkuasa. Anekdot ini tentu Cuma berlaku buat urusan cewek. Nah, selian dikenal piawai nundukin cewek, Bimbim kan komandannya Slank. Lengkap sudah kekuatannya. Lihat aja gimana dia memburu Joane sampai ke Bali. Soalnya, si cewek itu bersekolah di PLBI. "Dalam setahun gue enam kali pergi ke Bali." Apa boleh buat, cewek blesteran Amerika-Manado itu akhirnya luluh juga (atau terpaksa karena kasian, nggak tau deh!). Jo resmi jadi istrinya setelah dinikahi di Sukabumi, 6 Juni 1993, sekitar dua bulan setelah perkawinan Irni-Kaka. "Memang dia yang ngomporin," kata Bimbim. Maksudnya mau nyalahin nih ?
Soal hokum rimba tadi, sekarang Bimbim pasti nggak bisa menepuk dada. Kecuali kalo mau dikemplang Jo. Apalagi Slank kedatangan tiga personel yang fresh from the oven, yaitu Ivan, Ridho dan Abdee Negara. Berani mencoba ? (Hai Klip Slank Okt.98)
KAKA
: SEJAK KECIL SUDAH JADI ANAK TERBUANG
Akhadi
Wira Satriaji alias Kaka adalah gambaran pas bocah yang nggak pernah
merasakan kasih saying ortu. Usia 2 tahun ditinggal mati nyokap. Ia
dengan ketiga sodarnya, santi, Koko dan Kiki segera terlempar dari
lingkungan keluarga. Tiga nama terakhir ini dititipkan pada seorang
kerabat di Surabaya (Rere, drummer Grass Rock), sedang Kaka pada
keluarga Denny di bilangan Kebon Sirih. Seorang diri, bocah kelahiran
Jakarta 10 Maret 1973 itu berusaha menemukan identitas. Nggak punya
tempat mengadu, selalu kebingungan mencari jawaban buat hal-hal yang
nggak dimengertinya. Termasuk waktu tergoda ngicipin narkotik saat kelas
6 SD. "Waktu itu nggak sempat bertanya gimana resikonya kalo
ngegunain itu barang. Waktu teman-teman make, ya gue ikut-ikutan."
Ia
menyesalkan tindakan sang bokap yang memisahkan dirinya dari ketiga
kakaknya, hingga diantara mereka tidak terjalin kehangatan. "Gue
nggak pernah akrab sama mereka, karena secara prinsip berbeda. Mungkin
pengaruh lingkungan," kenangnya. Asal tau aja, Koko adalah gitaris
Kidnap Katrina. Sedang Kiki termasuk personel slank angkatan pertama.
Narkotik boleh merenggut masa kecilnya, tapi Kaka cilik tetap punya
cita-cita keren : jadi binaragawan. Ketika SD dia juga ikut-ikutan
keranjingan breakdance dan sama sekali nggak pernah berpikir jadi
pemusik. Itu sebabnya, semasa tinggal di Kebon Sirih, dia suka merasa
terganggu oleh kehadiran slank yang sering nebeng latihan disitu. "Kesalnya
minta ampun. Abis, nggak bisa tidur siang."
Kuatir
sekolahnya terganggu, Bunda menarik tu anak ke Potltot. Eh disana malah
diajak ngeband sama Masto, adik Bimbim. Merasa nggak punya bakat, dia
menolak tawaran itu dan mulai kabur-kaburan. Toh, dia nggak punya tempat
pulang selain di Potlot. Akhirnya Kaka menyerah dan bersedia gabung sama
Masto dalam grup Lovina. Belum sempat masuk studio rekaman, Masto
terpaksa merelakan Kaka buat disumpalkan pada formasi Slank yang baru
dititnggal pergi Well Willy. "Awalnya mas Bimbim minjem gue selama
dua tahun. Tapi akhirnya kebablasan…" Lagian, minjem kok dua
tahun ?
Slank
membuatnya kerasan, karena persyaratan yang diajukan Bimbim nguntungin
dirinya. Bimbim mengajukan syarat bahwa siapapun yang masuk slank musti
berani milih : main musik atau sekolah. Kaka yang saat itu baru
dikeuarin oleh gurunya gara-gara berantem terus di sekolah tentu saja
seolah mendapat penampungan. "Padahal gue udah siap-siap mau ujian
biologi, pake bawa-bawa tomat segala. Gue dipanggil guru, kirain mau
langsung dites. Nggak taunya…." Ada satu kebiasaan Kaka yang
sering bikin kesel orang. Anak itu hobi banget nyorat-nyoret dinding
atau kertas kosong yang ditemukannya dimana saja. Kelak kebiasaannya ini
disalurkannya di Slank. Masih ingat logo pertama slank ? Nah, idenya
muncul dari dia. Wartawan atau slankers yang pernah ngobrol sama dia
pati bakal ingat gimana tangan Kaka nggak pernah mau berhenti nyoretin
apa saja yang bisa dicoret. Kertas kosong, surat kabar bahkan permukaan
meja sekalipun.
Kalo
lagi tur, giliran kamar hotel tempat rombongan Slank menginap yang jadi
korban keisengannya. Terutama sprei. Bunda Iffet yang rupanya mencium
bakat tersebut, bermaksud mengirimkannya ke Bali dengan harapan jadi
pelukis. Si Kaka jelas ketakutan setengah mati. "Takut nggak bisa
balik lagi, hehehe!" Pada saat itulah Bimbim tampil menggagalkan
rencana Bunda, sambil menjamin bahwa ia sanggup ngurus sepupunya itu.
Atas saran Bimibim pula, ia abis-abisan latihan vokal. Sayang, yang
diterimanya justru ledekan dari kiri kanan. Dia dianggap nggak becus
ngolah suaranya sendiri.
Tahun
1994 dia bertemu Irni Arianti Nasution (cewek kelahiran 1971), yang saat
itu lagi ditaksir sama Dhani Manaf. Suatu hari Kaka dan Irni nonotn
pertunjukan Dewa 19. Ari Lasso yang tahu ada vokalis Slank diantara
penonton, segera mendaulat Kaka buat menyanyikan sebuah lagu dari Queen.
Sepulang dari nonotn itulah kaka dan Irni resmi pacaran. Menikah pada 14
Mei 1996, pasangan itu kini dikaruniai Soleil Luna (2). Sekarang
hidupnya boleh dibilang lengkap sudah. Popularitas, istri cantik dan
tentu saja anak cucu. Kalo ada yang disesalinya, itulah hubungan yang
tetap renggang dengan bokapnya. (Hai Klip Slank Okt ’98)
|
RIDHO
: OBSESINYA BIKIN LAGU KERAS
Kalo
Slank lagi manggung dan Kaka menyebut nama si ganteng, inilah dia :
Mohamad ridho hafiedz, cowok kelahiran Palangkaraya 3 September 1973.
Orangnya kalem, sedikit imut-imtut dan konon emang paling bikin gemes
Slanker cewek alias Slanky. Sebelum bergabung dengan Slank pada
September 1997, nggak banyak yang mengenal sosoknya, kecuali buat mereka
yang pernah nyimak album last Few Minutes (LFM). Di inilah nugie dulu
pernah bergabung. LFM sebenarnya punya potensi buat maju. Cuma system
promosi yang asal-asalan membuat namanya tenggelam.
Si
bontot dari tujuh bersaudara ini mewarisi darah seni dari kakeknya.
Kelas 2 SMP mulai main jazz dengan spesifikasi instrumen bas. Merasa
nggak enjoy, kelas 2 SMU banting setir ke gitar. Kali ini girilan musik
jazz yang bikin jiwanya nggak puas. Ridho pun berpikir untuk memainkan
musik rock. Pemusik rock kan rata-rata gagah, begitu pikirnya. Latihan
keras pun dimulai. Hasilnya ? "Bokap ngamuk-ngamuk liat gue main
gitar di kamar, padahal esoknya mau ujian. Gitar yang gue mainin mau dia
banting," kata alumni SMUN 21 jakarta tahun 1991 itu.
Di
Palangkaraya, fasilitas musik kurang banget. Mana mungkin menyalurkan
bakat ? Ridho pun mulai terpengaruh sama cerita sukses pemusik daerah
yang urban ke Jakarta. Selepas SMP hengkanglah dia kesana. Berbagai
festival diikutinya. Gitar pun makin nggak bisa lepas dari kehidupannya.
Coba, orang tua mana yang nggak kuatir ? Ada satu festival yang
berlangsung di Jatinegara pada 1992. Bandnya berhasil masuk final.
"Waktu itu gue bawain lagu-lagu Slank. Slank sendiri saat itu jadi
bintang tamu," katanya mencoba mengingat masa lalu.
Lama
kelamaan hati sang ortu luluh juga melihat kekerasan hati Ridho. Pada
1996 ia cabut ke Amerika. Selama setahun ia kuliah di Musician Institute
– Guitar Institute of Technology. Pulang dari sana dia berhasil
ngantongin sertifikat. Padahal nggak semua siswa mampu memperolehnya.
Sepulang ke Jakarta, Ridho melihat kenyataan bahwa karir LFM makin nggak
jelas. Lepas dari kurang tergarapnya system promosi, grup ini kurang
memberinya kepuasan dalam bermusik. "Bukannya di LFM nggak ada
kebebasan, tapi konsep musik grup itu emang nggak memberinya kesempatan
buat geber-geberan. Dalam keadaan ngambang selepas dari LFM itulah ia
bertemu dengan Bimbim. Obsesinya segera terpenuhi ketika menggarap album
Matahati Reformasi yang sarat dengan kemarahan serta kritik-kritik yang
menyodok khas Slank. Nggak risih ikut-ikutan ngomong reformasi ? "Justru
karena sama Slank jadi nggak ada beban. Soalnya gue tahu dari dulu band
ini sudah aktif omong soal reformasi. Kalo bukan dengan mereka, gue
pasti nggak bakal mau ngomongin reformasi," Ridho memberi alas an.
Ada
peristiwa unik menjelang gabungnya instruktur gitar ini ke Slank. Setiap
mengajar, ia pantang ngidupin handphone. Alasannya mengganggu
konsentrasi. Entah kenapa saat itu secara sadar handphone dia hidupin.
"Nggak tau kenapa tuh, pokoknya HP sengaja gue pasang." Benar
saja, pada saat itu Ridho ditelepon Lulu Ratna, manajer tur Slank,
supaya dating ke jalan Potlot buat audisi. Akar blues yang kental
memudahkan cowok ini beradaptasi dengan warna musik Slank. Pada awal
bergabung, Ridho sadar betul perhatian orang tertuju sama dirinya dan
Abdee sebagai gitar Pay, tapi kemudian bersikap masa bodoh. Kalo
dipikirin terus, bisa-bisa stress . Mungkin kekhawatirannya itu cuma
sekedar sindrom anak baru. Siapa tahu, perhatian itu bakal beralih pada
dirinya. Itu soal waktu kok. Terbuktisekarang nggak satupun slanker yang
protes dengan kehadirannya. Bahkan ya itu tadi mereka dibikin gemes sama
gaya panggungnya. (Hai Klip Slank Okt ’98)
|
ABDEE : DIHARAPKAN
JADI ANGGOTA DPR, MALAH JADI GITARIS
Dilarang main
musik malah jadi pemusik, itulah Abdee Negara. Cowok kelahiran Donggala,
28 Juni 1968. Bokapnya, andi Cella Nurdin, mantan anggota DPR. Wajar
kalo ia menginginkan Abdee, anak ketujuh dari delapan bersaudara, bisa
ngikutin jejaknya. "Mungkin karena ortu gua melihat kakak gua yang
juga main musik, sekolahnya gagal." Toh ia ngotot pengen pol-polan.
Karena permintaannya untuk dibeliiin gitar nggak pernah dikabulkan, dia
sempat berpikir diperlakukan diskriminatif oleh sang bokap. Beruntung
hal itu nggak sampe menyurutkan niatnya untuk bermusik. Sejak SMP
diam-diam Abdee sudah bergabung dengan teman-temannya yang berusia jauh
lebih tua dan rata-rata sudah punya pengalaman.
Abdee pun tambah
pede waktu diberi kesempatan nyanyi sekaligus main gitar di pesta ultah
adiknya. Dengan dalih sumpek dikampung halaman, Abdee ngerengek untuk
nerusin sekolah ke SMU 1 Palu. Padahal ia mengincar fasilitas ngeband
disana yang tentu saja lebih komplit ketimbang Donggala. "Gue
pingin ngerasain pegang gitar elektrik itu kayak apa." Katanya
jujur. Disana, ia memang sempat bikin Interview Band bareng Hengky Supit
– mantan vokalis Whizzkid. "Dulu sebenarnya gue ngebet pengen
jadi vokalis, tapi kalo pas nyanyi suara gue kedengaran ancur. Ya udah
milih gitar aja," dia tertawa geli.
Ketika itu sang
nyokap yang sering ngasih duit kalo dia butuh buat beli senar gitar.
Untung, sekolahnya nggak berantakan. Abdee bahkan pernah masuk ranking
III dan lolos Sipenmaru (sekarang UMPTN). Keinginan main musik yg begitu
kuat menyebabkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi di Universitas tadukalo,
Palu, Cuma dijalaninya sebulan. Tanpa gitar ditangan apalagi punya
kenalan, Abdee ngabur ke Jakarta pada 1988. Sejak itu ortunya sadar niat
Abdee nggak bisa dibendung dan mereka mulai mendukung.
Sayang,
pertemanan Abdee dengan dunia musik telah mengantarnya ke dunia alcohol.
Padahal jujur saja dia mengaku Cuma pingin meniru artis kondang. Abis
dengan teler dia serasa sudah jadi pemusik beneran. Sampai suatu hari
seorang teman menegurnya. "Ngapainmabuk ? Musisi top itu terkenal
dulu baru mabuk, Lu terkenal aja belum udah mabuk-mabukan." Kalimat
itu sangat membekas dihatinya. "Sekarang kalimat itu yang selalu
saya omongkan ke murid-murid saya kalo mereka mabuk," kata
instruktur gitar ini.
Sejak ikut Indra
Lesmana Workshop,yg ditekuninya selama enam bulan, pergaulannya dengan
musisi mulai luas. Adalah ote Abadi, gitaris kelompok Leo Kristi, yang
pertama mengajaknya rekaman. "Gue punya gitar sendiri sejak jadi
professional (dibayar) di musik. Sebelumnya pinjam sana-sini."
Penggemar motorcross dan mincing ini sempat lepas gitar. Keterlibatannya
sebagai stage manager dan music director pada rumah produksi milik
penyanyi jazz Ermy Kulit, telah membuka matanya. "Ternyata musik
itu bukan Cuma main gitar, tapi ada juga segi entertain dan bisnisnya,"
simpul suami Nita (26) dan bapak dari Andi Alanis (14 bulan). Dengan
Ermy Kulit Cuma bertahan sebentar, ia segera menyambar kembali gitarnya.
Dan menggelendanglah dari satu pub ke pub yang lain, bantuin banyak
pemusik. Nah pergulatan itulah yang mengantarnya pada Slank. Sayang,
sang bokap nggak sempat menyaksikan keberhasilannya.
"Sebelum
meninggal, dia bilang pengen melihat gue manggung. Tapi keinginannya itu
nggak kesampaian," Abdee menerawang masa lalu. Ia pernah salah
menafsirkan Slank sebagai grup yang nggak mampu memainkan blues (kecuali
Pay). "Ternyata personel Slank itu anak Blues semua." Katanya.
Secara musical, Abdee Negara mungkin memberikan kontribusi yang besar
terhadap Slank. Tapi kehadirannya diakui telah membuat Slank lebih seger,
kalo nggak boleh ditulis manis. (Hai Klip Slank Okt. 98)
|
IVAN
: NOMOR SATU MUSIK, NOMOR DUA PACARAN
Sejak
kecil Ivanka, emang doyan musik. Kelas dua SMP udah mulai
ngeband."Abis, informsi yang gue terima dari koran dan majalah,
jadi anak band asyik," kata cowok kelahiran Jakarta 9 Desember 1971
itu. Tapi Ivan pantang menyerah, keinginan terjun ke dunia musik malah
menggebu-gebu waktu tetangganya membeli perlatan musik, ditaro
diterasnya pula. Siriklah dia. Semula dia sering kena damprat bokap kalo
kepergok lagi latihan. Lama-kelamaan, bokapnya sendiri yang ngajarin
main gitar. "Orang pertama yang ngajarin kenal instrumen, ya bokap
gue," kata cowok yang pernah ikutan Festival Rock Sejawa Bali,1988
ini. Maklum acara ngeband waktu itu lagi ngetrend. Ivan jelas nggak mau
ketinggalan.
Karena
terasa keasyikan, sekolahnya di SMU 17 Agustus , Jakarta nyaris
berantakan. La bayangin aja, waktu pelajaran berlangsung dia malah asyik
nulis lirik lagu di bangku belakang. Kelakuan serupa juga berlanjut saat
Ivan kuliah di Sekolah Tinggi Transportasi (STMT) Trisakti, akibatnya ia
Cuma mampu bertahan sampai semester V. Toh dia nggak menyesal di DO dari
sana. "Kalo dipikir gue malah lebih berarti setelah nekad terjun ke
dunia musik. Banyak banget yang gue dapat," alasannya enteng.
Sebelum nyasar ke Slank, Ivan sempat gabung sama Abdee di grup Flash.
Nggak lama kemudian pindah ke House of The Rising Sun band beraliran
rock & roll itu sering banget main di Poltot. Sejak itulah, Ivan
akrab dengan Bimbim dan kawan-kawan. Malah tahun 1993, ia diajak rekaman
untuk album pertama Imanez Anak Pantai.
Tahun
1997, Ivan ditawarin bergabung dengan Slank. Hatinya sempat bimbang
karena waktu itu lagi akrab sama Bongky. Untunglah mantan pemain bass
itu justru memberinya dorongan. "Gue bersyukur, banyak banget yang
gue dapat begitu bergabung dengan Slank," katanya mantap.
Keseharian Ivan boleh dibilang dihabiskan dengan nongkrong di Potlot.
Kalo nggak latihan, nemenin Slanker, ato nyobain nulis lirik lagu.
"selain itu ya pacaran," katanya semabri tertawa. Sebagai
pemusik baru, otaknya sarat oleh gagasan. Bareng Slank, misalnya, dia
pingin munculin musik etnik. "Lagu akan kedengaran lebih enak
didengar."
Dibanding
dulu, Ivan sekarang cenderung peka sama lingkungan. Dia mulai sering
ikut mikirin keadaan negeri yang makin nggak karuan, padahal dulunya
cuek bebek. Kok sekarang berubah ? "Mungkin karena gue dekat dengan
orang-orang yang kritis dan mau berpikir." Tak jarang Ivan
berdiskusi dengan Slank, juga dengan teman-teman dirumahnya. Kalo baca
koran, nonton TV bukan Cuma melahap informasi musik. Hasilnya antara
lain bisa disimak lewat lagu ciptaanya pada album Matahati Reformasi,
yaitu Naluri Binatang. Kayaknya Ivan emang berniat terjun total di musik.
Dia siap mempertaruhkans segalanya. "Gue akan merasakan kepuasan
kalo gue bisa menghibur penonton. Sangat asyik tu. Orang seneng karena
terhibur, apalagi sampai histeris segala. Nggak bisa ditebus dengan uang
berapapun, soalnya itu merupakan kenikmatan tersendiri," paparnya
bangga.
Dia
juga berhasil meyakinkan ortunya bahwa keterlibatannya dimusik nggak
seburuk yang mereka sangka. "Dulu gue sempat dilarang main band,
karena anak band itukan identic dengan obat-obatan dan minuman keras.
Padahal nggak semuanya begitu. Nah tugas berat gue yaitu nunjukin ke
mereka bahwa gue nggak seperti yang mereka kira." Kini Ivan boleh
dibilang sukses, meski mengaku belum berani "mempengaruhi"
adik lelakinya untuk ngikutin jejak dia. "Soalnya dia udah telat,
anak seusia dia kan mustinya udah jago main band." (Hai Klip slank
Okt. 98)
0 komentar:
Posting Komentar